sebut saja "Rumahmorfosis"


          Suatu berkah aku bisa membangun sebuah rumah di Jogja ini. Memang membutuhkan kesabaran untuk memulainya. "Kalau gak nekat ya gak cepet punya.. hhehehe.." Seperti janjiku dulu saat masih skripsi, aku berjanji bahwa dalam kurun waktu 2-3 tahun setelah lulus aku harus punya rumah sendiri di Jogja. Dan ternyata janjiku tidak bisa terpenuhi membangunya dalam waktu 2-3 tahun itu. Tetapi tepat 1,5 tahun setelah lulus kuliah rumah ini terwujud "Alhamdulillah bisa lebih cepat dari janjiku :)".
Awal dari pembangunan rumah ini aku memang memulai dari dimana aku akan memilih untuk mendirikannya. Dan setelah memperhitungkan segala aspek jatuhlah pilihanku pada daerah Ring Road bagian barat.
          Rugi dong kalau punya ilmu gak digunain. Berbekal sekelumit ilmu yang aku peroleh saat duduk di bangku kuliah. Mulailah aku membuat peta persebaran tanah kosong/rumah siap bangun di daerah ring road barat. Tentunya dengan bantuan Google Earth. Tapi tunggu dulu, sebelum memulai ploting persebaran titik aku mengumpulkan data lokasi, harga, cp, luas tanah, luas bangunan, dst.

Ploting persebaran ini mungkin kebetulan bersamaan juga dilakukan oleh dosen yang selalu menginspirasi siapa saja yaitu Pak Andi Arsana ketika beliau berada di luar negeri dan ingin mengetahui lokasi tanah yang disurvey istrinya.
Setelah data lengkap, saatnya menganalisis (serasa mau bikin skripsi aja :P). Memanfaatkan ilmu lagi dari Pak Waljiyanto yang pada saat itu mengajarkan "Penilaian Tanah dan Properti". Penilaian tanah ini untuk menentukan harga tanah dikawasan tersebut. Paling tidak memperhitungkan jarak lokasi rumah dengan fasilitas umum seperti RS, K.Polisi, Pasar, Sekolahan, dll.
Setelah sekian lama mungkin satu setengah bulan mencari data dan menganalisis jatuhlah pilihanku pada rumah di daerah Sendari (Daerah wisata sentra kerajinan bambu, Sleman, YK) 
           Semua ini aku lakukan dengan bantuan internet, karena aku sedang berada di luar kota yang cukup lama pada waktu itu. Tentunya dibantu oleh  Riana Sakti untuk menyurveynya (makasih ya.. :))  Setelah pengecekan kelengkapan, surat-surat tanah, dsb sudah lengkap dan tercetuslah kata "Deal". Tahap selanjutnya mulailah saya mendesign tanah kosong tersebut dengan bantuan Autocad, sekarang waktunya memanfaatkan lagi ilmu-ilmu kuliah Ukur Tanah, Kartografi.
Saat membuat denah tentunya aku memperhitungkan pengembangan dikemudian hari, sirkulasi udara dll.
Dan aku selalu ingat pesan ayah dan ibuku
Pesan ibu "Usahakan punya rumah itu yang menghadap ke timur" tanya kenapa?? ternyata pada saat pagi hari, sinar matahari sehat akan masuk kerumah dan pada saat matahari sudah mulai naik maka sinar matahari tidak akan masuk rumah (tidak kepanasan rumahnya) karena sudah kena kanopi rumah atau berada di atas rumah. Begitu juga pada saat sore hari sinar matahari tidak masuk kerumah karena sudah berada dibelakang rumah.
Cobalah perhatikan rumah-rumah yang menghadap ke barat, pasti akan mendapat sinar matahari yang terlalu banyak dalam waktu yang lama dan tentunya bukan sinar matahari [yang katanya, #katasiapa?hhee] sehat seperti sinar matahari pagi. Sangat masuk akal pesan ibu :)
Pesan bapak "Kalau bikin rumah, buatlah sistim lorong" maksudnya apa?? maksudnya kalau bikin rumah temboknya jangan langsung sebagai tembok terluar. Alasan pertama tembok yang langsung terkena sinar matahari pada sisi dalam kadang-kadang akan menyimpan  panas itu sampai malam. Jadi dapat membuat udara di dalam rumah menjadi agak panas, memang betul terjadi dan saya membuktikan pada beberapa tembok bangunan yang lama terkena panas dan akan terasa hangat pada malam hari. Alasan kedua, sistem lorong ini akan membuat rumah terasa lebih dingin karena angin akan mengumpul dan mengalir pada lorong.
Cobalah anda berdiri pada suatu lorong. Misal pada lorong kampus, lorong bangunan, ketika ada angin bagian lorong akan terasa hembusan angin yang lebih kencang. Oww, mangkanya rumah-rumah eyang dan kebanyakan rumah zaman dulu kiri kanannya biasanya ada space kosong. Supeeer sekali...

         Balik lagi ke topik, setelah denah selesai aku buat saatnya mendesain bentuk bangunan. Aku bukan lulusan architecture yang ahli dalam mendesign bangunan, tetapi setidaknya aku pernah mendapatkan basic mendesign menggunakan software untuk mendesign bangunan misalnya seperti google sketchup. Ilmu kuliahnya berguna lagi "Komputer Grafik". Dan hasilnya gak buruk-buruk amat sih.. (PD banget hhee..)
Terpaksa membuat denah dengan arah utara menunjuk kesamping (karena alasan tertentu)

Setelah pembangunan dimulai dan selesai dalam kurun waktu empat bulan, Desember 2013 - April 2014 memulai dengan pemilihan cat tembok. Untuk referensi pemilihan warna secara online anda juga dapat memanfaatkan website milik mowilex
anda bisa mencoba mengetest warna dan aplikasinya pada dinding Exterior maupun Interior.
           Finished untuk pembangunan rumah, dan tak lupa aku mengabadikan setiap moment pembangunan rumah sebut saja "Rumahmorfosis". Tentunya dengan bantuan Riana Sakti lagi (makasih lagi ya... hhhe..). Saya ingat-ingat mirip dengan foto "Litamorfosisnya" Pak Andi Arsana yang dibuat Bu Asti :)
Tibalah saya di Jogja dan akhirnya melihat rumah asli (gak ngeliat foto lagi maksudnya :D). Terakhir untuk pertama kali menempati rumah ini dengan ramah tamah warga setempat, Pak RT, Sesepuh desa, untuk menjalin tali silaturahmi. Semoga rumah ini memberi barokah dan manfaat. Amin.

"Next project: pengen banget membuat rumah galery dengan konsep echodesign"
Pasti Bisa !!!

Riau: Asap lagi, asap lagi

Sudah hampir 2 tahun aku berada didaerah ini. Hal yang paling aku benci adalah pada saat musim hujan usai. Bukan karena apa, tetapi karena setelah musim hujan selesai banyak tangan-tangan yang gak bertanggung jawab membuka lahan dengan cara membakarnya. Gak mikir apa ya dampaknya buat orang banyak, mana tanah gambut pula yang terbakar. Mungkin anda tahu tanah gambut itu susah banget dipadamkan, bisa sampai kedalaman 2-3 meter dalamnya yang terbakar (tergantung ketebalan tanah gambut) api pun susah dipadamkan, kalu cuma disiram bagian atas tanah aja makin banyak asapnya, kalau mau menyiram air sampai titik api, ada didalam tanah.
Setiap tahun kejadian ini selalu berulang, bahkan tahun 2013 asap sampai membuat keadaan darurat negara sebelah. Baca  Kabut Asap Riau
Dilokasi kerja saja jarak pandang sangat terbatas, bernafaspun sesak rasanya



Estimasi Kubikasi dengan Elevation Profile Google Earth

Kali ini saya akan berbagi cerita mengenai mengestimasi kubikasi tanah. Mengapa estimasi? kok gak dihitung yang benar aja?
Begini ceritanya, beberapa waktu lalu saya diminta bantuan seseorang rekan kerja saya untuk menghitung estimasi kubikasi tanah yang ada di suatu area. Beliau tidak muluk-muluk sih, cuma suruh melihat area aja kira berapa dalam tanah yang bisa dikeruk tinggal mengkalikan dengan luasan areanya. Karena bukan suatu hal yang bisa dikatakan sangat membutuhkan ketelitian tinggi seperti menghitung kubikasi volume batu bara atau sejenisnya maka saya sedikit berfikir ada gak ya cara yang lebih sedikit akurat dibanding hanya dengan melihat pandangan mata. Karena sebelumnya saya pernah punya informasi data disekitar area tersebut yang menginfokan jika pada elevasi tanah sekian bisa diambil danah dengan kedalaman sekian. Nah, berawal dari info inilah saya teringat dengan Google Earth.
Langsung saja saya membuka google earth, kemudian memasukan batas area dengan format file *.kmz. Tentunya tidak asing kan dengan format *.kmz? kalau bingung tanya aja mbah google cara bikin file *.kmz.
Setelah mengeplotkan batasnya kemudian saya membuat garis dengan menu path seperti jalur terbang pesawat. Apa tujuannya? hhhee.. aku berencana membuat data ketinggian dengan sistem grid.


Setelah grid dari path tersebut terbentuk kemudian klik kanan grid yang anda buat kemudian pilih "elevation profile". Nah dari situ anda akan ditampilkan sebuah profile elevasi tanah dari garis yang anda buat. Anda dapat menggerakan krusor kekanan atau kekiri yang ditunjukan dengan tanda panah berwarna merah yang bergerak diatas garis grid.
Setelah mendapatkan tinggi elevasi tanah pada area tersebut barulah saya mengkalkulasi estimasi kubikasi tanah yang dapat diambil. Simpel kan brooh, daripada sekedar mengira-ngira dengan pandangan mata, ada baiknya dengan cara ini. hhe... Semoga bermanfaat.