Menuju Jantung Papua

Honai
Siapa sangka akan berkunjung ke kota ini. "Wamena" kota inilah yang sering dijluki sebagai jantung papua. Orang bilang kalau belum ke Wamena berarti belum ke Papua. Perjalanan ke Wamena kali ini bukanlah sebagai perjalanan wisata, namun perjalanan untuk melakukan survey pengukuran GPS.

***
Wamena, Kab.Jayawijaya, 06.30 am WIT. Memulai persiapan peralatan pengukuran dan berangkat ke lokasi. Pengukuran yang akan dilakukan yaitu pengukuran leger jalan dari Kota Tiom-Wamena-Eleliem dengan total jarak kurang lebih sepanjang 220 Km. Pengukuran pertama disepakati ke arah Kota Tiom, Kab. Lanijaya dengan mengacu titik referensi milik Bakosurtanal yang berada di Bandara Wamena (N.6002). Pengukuran GPS dilakukan dengan metode Static Positioning dengan bentuk jaring rantai sesuai kaidah pembuatan titik kontrol (SNI Bakosurtanal).
Secara teknis tidak ada hambatan apapun yang terjadi, mungkin hambatan non-teknislah yang sering terjadi. dalam pengukuran ini setiap  orang hanya ditemani satu orang penduduk lokal. Jadi dalam setiap titik pengamatan hanya ada satu orang survey dan ditemani satu penduduk asli wamena. Sembari menunggu pengamatan GPS biasanya kami bercerita tentang keadaan di kota ini. Beberapa hari lalu dikota ini terjadi pembunuhan terhadap oknum polisi oleh suatu organisasi OP* bersamaan dengan hari ultah organisasi tersebut, seminggu sebelumnya pembakaran satu kampung oleh Batalyon karena ada 2 anggotanya yang ditikam, sampai-sampai hari kedua kami pengamatan terjadi penyerangan terhadap polsek yang letaknya berada kurang dari 1 km dari tempat kami menginap. Hal-hal seperti itulah yang membuat suasana menjadi mencekam pada saat pengamatan.

***
Kab. Lanny Jaya
Tiom, Kab.Lanijaya. Pemandangan pegunungan yang luar biasa, punggung-punggung bukit yang tajam, jurang-jurang yang terjal, sinar matahari yang muncul dari balik puncak menyinari kampung yang berada di lembah. Akhirnya sampai juga pada suatu titik patok yang akan saya amat posisinya. Betapa terkejutnya saya melihat posisi patok yang berada  ditepi tebing dengan struktur tanah yang telah membatu. Gimana caranya GPS ini harus berdiri diatas patok ini. 10 menit pertama lewat, 10 menit kedua lewat pula, alat saya letakkan dan saya hampir putus asa. Dalam hati berfikir, kalaulah alat ini tidak dapat didirikan maka jaring pengamatan GPS akan terputus dititik saya berada. Dengan pikiran itu saya bersemangat untuk mencobanya lagi, dan akhirnya alat tersebut dapat didirikan.
GPS berhasil berdiri
 Disela-sela pengamatan saya menikmati indahnya pemandangan konon daerah Tiom ini digunakan sebagai tempat pengambilan film "DI TIMUR MATAHARI" https://www.facebook.com/notes/adnan-aditya-putra/benarkan-ini-tempat-syuting-di-timur-matahari/469195826424912

***
Eleliem, Desa Abenaho, Kab.Yalimo. Pengukuran selanjutnya mengarah ke kota ini. Tak kalah indah pemandangan menuju kota elelim. Patok pertama dimana saya akan melakukan pengamatan berada di sekitar pasir putih, tempat ini berupa bukit dimana hampir semua pasir, bebatuan, tebing-tebing berwarna putih. Lokasi patok kedua saya pemangamat berada di sekitar jembatan dimana dilewati sungai terpendek di dunia dengan panjang kurang lebih 160m. Sungai ini berawal dari suatu sumber mata air kemudian masuk ke tanah dan tak ada yang tahu kemana arah alirannya. Sehingga disebutlah sebagai sungai terpendek di dunia. Lokasi patok selanjutnya berada di sekitar Tebing tertinggi di Kab.Yalimo. Tebing ini nampak terbentuk dari batuan gamping karena warnanya yang putih. Terlintas dibenak, mungkinkah tebing ini dulunya berada di laut? Pengamatan GPS ini berlangsung hingga pukul 11.00 pm WIT. Jalanan bebatuan yang keras, kadang lumpur yang susah dilewati, menyebrangi sungai, menyebrangi jembatan dengan tumpuan yang hanya ada pada roda mobil, beserta kabut tebal yang hanya dapat terlihat dengan jarak pandang 5 m. Itulah beberapa keadaan yang dapat menggambarkan susahnya medan yang dilalui. Salah satu kenangan yang tak terlupakan yaitu merasakan dinginnya temperatur 0' di pegunungan Jayawijaya saat mengemasi peralatan GPS ditengah malam disertai derasnya hujan turun.
Elelim km 30
Tiom km 80
Tiom km 45
Tiom km 55

Masih banyak lagi indahnya pemandangan di Wamena, Papua. Mungkin tempat yang kebetulan saya lewati hanya sebagian kecil yang dapat menggambarkan indahnya alam di Wamena.
Jika anda berkunjung ke Wamena, jangan lewatkan mumi wamena yang konon usianya lebih tua dari mumu mesir.
Sekalian cobain buah pinang+bunga sirih+njet(gamping istilah jawa) biasa dibuat nyirih kayak orang-orang jawa jaman dulu. Kalau orang jawa nyirihnya pake daun sirih+njet.


7-15 Juli 2012
Wamena, Papua.
Sampai ketemu di kesempatan lain





No comments: