Diklat Jurnalistik 2010 #part3

Saatnya mencari berita di lapangan layaknya seorang wartawan profesional. Dengan sebuah tanda pengenal yang kugantungkan di leher, sebuah bolpoint di saku, dan sebuah bloknote di tangan aku mulai berangkat mencari berita. Sebelumnya aku telah merencanakan berita yang akan kuangkat. Aku memilih pembuatan ruas jalan baru dan pembangunan pagar MM-UGM sebagai topik yang akan kuangkat. Dengan ditemani seorang teman aku langsung bergerak dengan penuh semangat menuju MM-UGM. Merasa seperti orang bodoh setelah sampai. Mau bertanya kepada siapa ya?

Tak mau kelihatan bodoh seperti itu, langsung saja aku bertanya kepada satpam setempat. "pak, mau tanya.. yang berwenang dimintai keterangan dalam pembangunan ruas jalan dan pembangunan pagar ini siapa?" kemudian bapak satpam itu menjawab "langsung saja kebagian umum dek". Segera aku mencari dan menuju kebagian umum. Setelah sedikit berbincang bincang dengan bagian umum ternyata aku disarankan bertanya kepada Direktur Pengelolaan dan Pengembangan Aset yang terletak di kantor pusat. Tanpa pikir panjang langsung menuju tempat yang disarankan oleh bagian umum MM-UGM tadi. Siang ini benar-benar panas, fatamorgana terlihat disepanjang jalan. Setelah sampai di tempat yang dimaksud, aku langsung menuju ruangan Direktur Pengelolaan dan Pengembangan Aset. Seorang petugas menghampiriku, kemudian bertanya maksud kedatanganku. Mulailah aku menjelaskan maksud dan tujuanku, kemudian petugas tersebut menyodoriku selembar kertas kecil bertuliskan identitasku dan keperluanku beserta pertanyaan-pertanyaan yang akan kutanyakan sekitar topik yang kumaksud.

Sedikit patah semangat setelah petugas memberitahu bahwa Direktur Pengelolaan dan Pengembangan Aset sedang ada pertemuan dan baru bisa diwawancara pukul 13.00 WIB. Mau tak mau aku harus menunggu selama dua setengah jam-an. Daripada menunggu bengong disini aku memutuskan mencari makan dahulu. Dalam perut ini sudah terdengar parade musik keroncong yang terdengar semakin keras.
Sekarang tepat pukul 12.50 WIB aku segera kembali ke kantor Direktur Pengelolaan dan Pengembangan Aset. Setelah bertemu dengan orang yang dimaksud aku merasa senang. Berharap mendapatkan informasi yang kubutuhkan. Betapa terkejutnya aku, badanku langsung lemas seperti tak bertenaga lagi. Sedikitpun aku tak mendapatkan Informasi, dan disarankan bertanya kepada Direktur Perencanaan dan Pengembangan.

Sedikit kesal, tapi mau bagaimana lagi. JIka aku tak mendapatkan berita aku pasti dianggap gagal dalam pelatihan jurnalistik ini dan terancam tak akan mendapatkan sertifikat. Karena kantor yang dimaksud terletak satu komplek dengan kantor Direktur Pengelolaan dan Pengembangan Aset aku menuju kantor tersebut dengan berjalan kaki. Alhamdulillah, Direktur Perencanaan dan Pengembangan sedang ada ditempat. Aku bisa langsung mewawancarai, raut wajahku mulai nampak ceria. Segera aku lancarkan serangan pertanyaan bertubi-tubi. Akhirnya aku mendapatkan sedikit informasi yang aku butuhkan. Tetapi keceriaan itu tak bertahan lama, bagaimana tidak aku disarankan lagi bertanya kepada orang yang tepat yaitu Direktur Pengawasan. Benar-benar kesal sekesal-kesalnya. Dalam hati berbicara, "sabar rend, kamu harus kuat! ingat kamu sudah rela balik ke jogja demi mengikuti pelatihan ini, sudah kesana kemari mencari berita, sudah setengah perjalananmengikuti pelatihan, apa kamu mau menyerah begini saja? apakah tidak sia-sia kamu selama ini? apa kemampuanmu hanya sebatas ini? lalu bagaimana dengan materi dan sertifikat yang kamu nantikan juga? aku tak henti-hentinya mengutuk diriku. Dengan memantapkan diri aku langsung mencari tempat yang dimaksud. Aku bahagia, gembira, informasi yang kubutuhkan sudah lengkap.

Saatnya perjalanan menuju tempat pelatihan dan mengikuti acara selanjutnya. Ditengah perjalanan aku ingat sesuatu, aku membutuhkan informasi dari polisi lalu lintas sebagai data tambahan. Aku segera tancap gas menuju pos polisi, tak banyak hambatan dalam hal ini. Tanpa basa basi aku menanyakan pertanyaan yang kuinginkan. Sekarang telah pukul 14.00 WIB aku sudah telat dari jadwal yang ditentukan. Aku tetap harus menuju tempat pelatihan. Sesampainya disana dengan nafas yang terengah-engah aku menghampiri kelompok 9, yaitu kelompok pelatihan jurnalistikku yang beranggotakan tujuh orang. Arbyan U.R.L dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Dhian Ayu M dari Fakultas Pertanian UGM, Dwi Astuti seorang guru Bahasa Indonesia dari Wonosobo, Fransisca V.A dari Fakultas Ekonomi Budaya UGM, Nurul Amin dari Fakultas Ilmu Lingkungan UPN, dan Vinda Nur A dari Fakultas Teknik Sipil UGM. Dari ketujuh orang hanya aku yang belum selesai melakukan penulisan berita dari hasil wawancara, karena memamng aku baru selesai mendapatkan informasi.
Tepat pukul15.00 WIB ini aku harus selesai menulis berita dengan baik dan benar sebanyak minimum 2500 karakter sesuai dengan ketentuan. Dua menit sebelum deadline yang telah ditentukan aku berhasil menyelesaikan tulisanku, aku langsung berlari mengumpulkan berita kepada panitia. Leganya hatiku..

Sekarang baru tahu bagaimana perjuangan mencari sekelumit informasi demi sebuah topik berita, betapa mahalnya sebuah informasi. Bayangkan, berapa puluh topik berita dalam sebuah koran, itupun belum melalui proses pengeditan kata dan layout. Pantaskah sebuah koran hanya dihargai Rp.3000,- bahkan ada yang Rp.1000,-?
Ada lagi yang membuatku terheran, sebuah koran selalu terbit tiap hari dan sudah beredar pada pagi buta dari kota sampai ke pelosok desa. Padahal berita didalamnya ada juga yang merupakan kejadian pada malam hari itu.

No comments: