Adisutjipto 7 Mei 2012, Inilah perjalanan pertama saya untuk naik pesawat seorang diri. Sebelumnya untuk melakukan penerbangan ke suatu tempat saya selalu bersama teman-teman. Mungkin gara-gara selalu bersama itu tidak terlalu mau tahu tentang cara mengurus tiket hingga bisa naik kedalam pesawat. Hari ini tepat pukul 06.00 WIB saya menuju Bandara Adisutjipto.
***
Saya berdiri tepat di depan pintu masuk keberangkatan dengan tiket dalam bentuk *.pdf pada telepon genggam yang diemail rekan saya.
Sebelumnya saya pernah dengar cerita kalau kita bisa masuk hanya dengan menunjukan kode atau tiket dalam bentuk digital. Karena takut salah, mulailah saya mendekati seorang penjaga pintu masuk dengan menanyakan bagaimana cara saya bisa memperoleh tiket jika saya hanya memiliki *.pdf file seperti ini. Dengan ramah penjaga itu menunjukan loket pencetakan tiket yang berada di sebelah pintu masuk keberangkatan sesuai maskapai penerbangan.
Berhasil juga masuk ke ruang pertama dengan standart pemeriksaan, sesampainya masuk saya mulai teringat urutan untuk menuju ruang tunggu, pertama harus menukarkan tiket terlebih dahulu. Mulailah saya mengantri di antrian terakhir, sepertinya panjang sekali. Saat berada diantrian paling tengah, telepon genggam saya berdering ternyata telepon dari rekan saya. "Ren, aku titip barang ke Samarinda ya.. nanti barangnya diantar ke Bandara sama Pak Rof" kemudian saya mengiyakan. Sampai urutan paling depan barang tersebut belum sampai juga ke bandara, saya mulai gelisah. "ada bagasi mas?" tanya mbak-mbak yang ada di loket "ada mbak, tapi barangnya belum sampai.. bisa menyusul mbak?"," ya, bisa mas" setelah diproses akhirnya saya diberi dua lembar tiket karena ada transit di Samarinda.
tak lama kemudian barang itu datang, waw.. ternya segede box TV. Ok lah tak apa, kan masuk bagasi [kata saya dalam hati]. Selanjutnya saya melakukan perjalanan keruang tunggu. 10 menit sebelum pemberangkatan tiba-tiba saya teringat barang tadi. Dalam hati berpikir, tujuan saya kan ke Tarakan kalau barang saya masukan bagasi ya pasti sampainya ke Tarakan. Dengan tergesa-gesa saya bergegas lari ke loket pertama dan menerobos antrian sampai paling depan "maaf mbak, barang saya tadi ikut transit di Samarinda bisa kan?","Maaf tidak bisa mas, barang tetap turun di tempat tujuan terakhir" setelah berdebat cukup hebat akhirnya security dari pihak maskapai datang, setelah saya jelaskan dan bicara kalau waktu pemberangkatan juga sudah tiba akhirnya pihak security membantu. Nah, ini dia mbak-mbak loketnya makin judes ngelayani, saya tanya "mbak tiket saya gimana?","sebentar mas, ini lagi diproses!!", terdengar peringatan dari ruang tunggu bahwa pesawat akan diberangkatkan, semakin gelisah saya.
Tak lama setelah itu mbak-mbak loket dengan muka judes-nya memberikan tiketnya. Kemudian saya berlari menuju ruang tunggu dan langsung menuju pintu keluar, huft.. lega. Sambil menuju pesawat saya melihat tempat duduk tiket saya. Betapa kagetnya bahwa tiket yang saya bawa tidak tertera nama saya melainkan nama orang lain. Sempat berpikir kalau saya balik pasti ketinggalan pesawat, andai saya tetap naik toh siapa yang tahu, kan tadi pemeriksaan terakhir. Saya beranikan naik kepesawat, akhirnya saya duduk di kursi nomor 28C. Saya lihat sekitar saya, kenapa semua orang-orang berseragam dinas. Jangan-jangan tiket yang saya bawa ini adalah rombongan mereka. Tak lama kemudian petugas security memanggil-manggil nama saya, (haduh... mampus nih..) dengan mimik muka sok tidak tahu saya menuju bagian depan dan menemui security. "ada apa pak?","maaf, tadi tiket anda tertukar","oh iya to pak, sebentar saya lihat tiketnya dulu, oh ternyata iya pak" kemudian dengan perasaan lega dengan tiket yang benar saya pindah duduk di kursi 6F.
***
Kursinya terlalu condong kedepan, rasanya sangat tidak nyaman untuk duduk. Mulai mencari tombol untuk merubah posisi condong kedepan. Sudah hampir 15 menit belum juga ketemu, ingin tanya penumpang sebelah masih tidur. Hmm.. nasib nasib.. Masih belum menyerah, akhirnya tengok kanan kiri depan belakang, dan ngeliat orang mencet tombol di dekat siku. Nah itu dia, ketemu. haha.. ini toh tombolnya..
***
Selama 15 menit tadi saya sambil mengamati pintu masuk dari arah depan sekedar ingin tahu tiket siapa yang tadi tertukar dengan tiket saya, karena hanya pintu depan yang masih dibuka. Sampai pintu ditutup dan pesawat sudah mulai mengudara pemilik tiket itu tidak juga terlihat. Masih penasaran, apakah bapak itu tidak bisa naik ke pesawat?
No comments:
Post a Comment